Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Bakso, Bentuk Bakti dan Kasih Sayang

Disuatu sore hari yang cerah nan indah pada hari libur, tak terasa ada suara panggilan perut yang seolah dangdutan bukan keroncongan lagi, dan ini artinnya sang perut meminta untuk diisi.

Permintaan perut tersebut merupakan pesan lapar dari otak yang harus segera direalisasikan, karena tidak bisa berkompromi lagi, hanya ingin makan tanpa mikir.

Akhirnya tanpa pikir panjang, sore itu saya memutuskan untuk pergi menikmati bakso rusuk terlezat yang berada tidak jauh dari rumah. 

Kelezatan bakso rusuk telah menggeleparkan rasa lapar dalam seketika. Rasanya langsung ingin bernyayi riang 'senangnya hatiku hilang rasa laparku, bakso rusuk taniko oh taniko' :D

Teman-teman bisa mendapatkan ulasan secara rinci seperti lokasi dan suasana tempatnya, silahkan kunjungi wheretoeatinfo.com yang secara lengkap mengulas bakso rusuk taniko si pelipur lapar.

Berhubung ulasan rasa dan suasana sudah dibahas di wheretoeatinfo.com, kali ini teh iis blog akan membagikan kisah asal usul bakso.
https://www.wheretoeatinfo.com
Bakso Rusuk Taniko
Tahu gak sih teman-teman, ternyata bakso itu merupakan salah satu bentuk kasih sayang dan bakti seorang anak kepada orang tuanya.

Selama ini yang kita ketahui dan sering dijadikan simbol kasih sayang itu adalah coklat, bukan bakso.

Benarkah bakso merupakan bentuk kasih sayang?

Untuk mendapatkan jawabannya, saya telah himpun dari berbagai sumber yang kemudian dirangkum dan disajikan untuk teman-teman sekalian.....

Ceritanya berawal dari seorang yang bernama Meng Bo dari negeri tirai bambu, pada akhir dinasti Ming di daerah Fuzhou.

Meng Bo merupakan seorang pria yang cerdas, berbakti dan penuh kasih sayang kepada ibunya, rasa kasih sayangnya ini pula yang membuat Meng Bo memikirkan cara supaya selalu menyenangkan hati sang ibu.

Diketahui bahwa ibunda yang merupakan penyuka daging, saat itu tengah mencapai usia yang sudah tua dan mengalami gangguan pada giginya sehingga tidak dapat mengunyah daging lagi. 

(Daging yang diceritakan dalam kisah ini merupakan daging babi)

Sikap kasih sayang dan bakti Meng Bo ini diketahui orang-orang yang ada didekat rumahnya bahkan dihormati oleh tetangganya.

Tetangganya yang sering membuat mochi, menginspirasi Meng Bo untuk mengolah daging (menghaluskan dengan cara ditumbuk dengan palu), yang kemudian membentuknya menjadi bulat-bulat dan merebusnya.

Hasil rebusan tersebut menjadi bakso yang akhirnya dapat Meng Bo sajikan untuk ibunya.

Selain rasa dari bakso tersebut yang lezat, tapi juga mudah untuk dimakan, sehingga ibunya Meng Bo dapat kembali menikmati daging kesukaannya.

Melihat ibunya yang dapat menikmati daging lagi, Meng Bo merasa sangat senang. Kisah bakti dan resep baksonya ini dengan cepat tersiar ke seluruh Fuzhou.

Begitulah ceritanya teman-teman, ternyata benar adanya bahwa bakso merupakan bentuk bakti dan kasih sayang seorang anak terhadap orangtuanya.

Semoga kisah di atas memberikan inpirasi dan bermanfaat. Nantikan kisah-kisah lainnya dalam teh iis blog.

Terima kasih telah mampir dan membaca teh iis blog, silahkan bagikan postingan ini sebanyak-banyaknya, dan jika mau mengetahui informasi teranyar seputar teh iis blog, teman-teman berlangganan dengan cara mengisikan alamat email pada kolom yang tersedia.





ikomaria
ikomaria Berprofesi sebagai engineer bidang persinyalan kereta api, semenjak lulus S1 Fisika, dengan tetap menjalankan hobi ngeblog sebagai sarana untuk berekspresi dan berbagi dalam bentuk tulisan, dari secuil pengalaman ringan guna menyalurkan hobi dan sekedar berbagi.

Post a Comment for "Sejarah Bakso, Bentuk Bakti dan Kasih Sayang"